17.3.14

Hanya sebuah cerita

mari mulai lagi dari awal, semoga saya tidak lupa betapa menyenangkannya ini.

Terimakasih Tuhan. saya cenderung tidak membiarkan semua orang tau semua hal yang terjadi pada diri saya. saya memilih untuk menutupinya dan menceritakannya dalam bentuk lain. media sosial kaya blog ini sebenarnya media paling buruk, tapi yasudahlah, daripada saya mati setengah gila?

saya merasa diabaikan. hahaha. sial. akhirnya ketauan juga semua ujungnya di mana. ternyata di sini. saya punya masalah serius tentang diabaikan. ditinggalkan. tidak dipedulikan

Hampir setahun yang lalu selama  kurang lebih 3 bulan saya suka menangis tiba-tiba. Menangis saja. Berjam-jam. Di kasur sebelum tidur, saat tidak ada orang di rumah, saat di mobil menyetir pulang. Saya biasanya memeluk lutut, menenggelamkan kepala saya dalam-dalam sampai akhirnya saya menangis. Saya menangis sampai dada saya sesak, mata saya sembab, kepala saya berat. Itu bulan yang buruk. Benar-benar buruk bagi saya.

Saya kira saat itu saya sudah setengah gila. Depresi. Putus asa.

Apa saya pernah berbicara ttg hal ini dgn orang tua? Tidak. Mama hanya pernah sekali memergoki saya habis menangis di kamar. Hidung saya berair, mata saya merah. Saya hanya bilang ke beliau saya kurang tidur.

Ke teman? Ya. Akhirnya saya cerita. Ke sahabat saya. Dia biasa mendengarkan. Saya hanya perlu didengar. Saat itu pertanyaan dia hanya 1, "apa penyebabnya? Kamu bisa sampai seperti ini kenapa?"

Berkali kali pertanyaan itu dilontarkan, jawaban yang saya berikan sama, "saya tidak tahu. Saya hanya ingin menangis. Menangis sampai sesak di dada ini hilang."

Dia hanya bisa diam. Dia kaget melihat saya seperti ini. Saya sempat bertanya, "saya takut saya gila. Apa ini depresi?" Saya takut sekali.

Sahabat saya hanya bilang, "coba kamu telusuri pelan-pelan. Kamu kenapa bisa smp seperti ini?"

"Saya nggak tau." Lagi-lagi itu yang terucap. "Kamu harus tau. Kamu harus cari tau. Kalau tidak kamu akan terus seperti ini" "hanya kamu yang bisa menolong diri kamu sendiri."

Saya diam. Rasanya dada saya semakin sakit. "Kalau saya hanya mau sedih ini hilang saja tanpa tau penyebabnya apa tidak bisa?"

"Akan terulang, percaya sama saya. Pelan-pelan kamu harus tau ujungnya". "Mungkin yang bisa kamu lakukan sekarang, shalat. Menangislah saat kamu shalat." "Kamu kan suka olahraga, lari deh sana kalau tiba-tiba kamu ingin menangis. Jangan pernah sendiri. Pergi sana sama teman-temanmu" itu pesan sahabat saya.

Saya ikuti sarannya, saya rutin berlari setiap minggu. Kalau mata saya sudah sembab, saya berlari semakin kencang, walaupun akhirnya saya menyerah. Saya putar otak saya kenapa saya sampai seperti ini. Biasanya berakhir dengan dada yang tak hentinya naik turun dan kepala yang sangat berat akibat tangisan.

Semakin saya berfikir, keadaan saya semakin membaik. Benar kata sahabat saya. Hanya saya yang tahu jalan keluarnya. Sampai saya punya suatu kesimpulan.

Saya punya masalah serius tentang diabaikan.


Posted via Blogaway

21.4.13

Kangen tetehku

aku kangen sama kamu teh. 
kangen duduk berdua di kamar, dengerin cerita tentang apa yang teteh alami hari itu
kangen teman yang mau mendengarkan celoteh ga penting dari mulutku
kangen dengerin lagu era 90'an bareng teteh trus aku nanya, "itu yang nyanyi siapa?"
kangen dengerin teteh nyayi.

kangen datengin stand wisata kuliner sama teteh. yang pasti banyak makan aku.
kangen pergi ke blok m bareng teteh, beli bahan buat rok smp, trus yang diukur badan teteh, soalnya teteh lebih kecil dari aku.
kangen semuanya.

teteh kemana si? :(